- Tarjuman Al-Mustafid
Nama lengkap pengarang tafsir
Tarjuman Al-Mustafid adalah Syaikh Abdurrauf ibn Ali al-Jawi al-Fansuri
as-Sinkili. Di dalam tafsir Tarjuman Al-Mustafid ini, penulis menggunakan
metode tahlili. Hal ini bias dibuktikan dengan adanya ragam pendekatan
dalam menafsirkan ayat Al-Quran, seperti qira’ah, penjelasan suku kata, latar
belakang turunnya ayat, nasikh-mansukh, dan munasabatul ayat.
Tafsir ini pertama kali dicetak di Kota Istanbul Turki pada tahun 1615-1693 M.
Tafsir ini diduga kuat sebagai tafsir pertama karya ulama nusantara yang
menafsirkan Al-Quran 30 juz secara lengkap. Salah satu ciri khasnya yang lain
dari kitab ini adalah pendekatan pada nilai-nilai tasawuf.
- Marah Labid li Kasyfi Ma’na Quran Majid
Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi.
Itulah nama lengkap pengarang kitab tafsir ini, atau lebih dikenal Syaikh
Nawawi Banten. Kitab yang terbit pada 1818-1897 ini juga dikenal dengan nama
Al-Munir li Ma’alimit Tanzil. Kedua nama ini memang tampak di sampul kitab
tafsir ini. Nama tafsir Al-Munir diperkirakan diberikan oleh pihak penerbit.
Sedangkan nama Marah Labid berasal dari Syaikh Nawawi langsung.
Tafsir Marah Labid dapat
digolongkan sebagai salah satu tafsir dengan metode ijmali (global).
Dikatakan ijmali karena dalam menafsirkan setiap ayat, Syaikh Nawawi
menjelaskan setiap ayat dengan ringkas dan padat, sehingga mudah
dipahami. Sistematikan penulisannya pun menuruti susunan ayat-ayat dalam
mushaf. Tafsir Marah Labid terlihat sangat detail dalam menafsirkan setiap
kata-perkata pada setiap ayat.
- Tamsyiyatul Muslimin
Kitab tafsir karya KH. Ahmad
Sanusi ini memiliki nama lengkap Tamsyiyatul Muslimin fi Tafsiri Kalami
Rabbil ‘Alamin. Tafsir ini terbit secara berkala, yakni satu bulan sekali,
pada 1 Oktober 1934 dan dicetak di percetakan Al-Ijtihad Sukabumi. Cetakan ini
kemudian beredar di Jakarta, Bengkulu, Bandung, dan Singapura.
Tafsir ini telah dicetak ulang berpuluh
kali dan sampai sekarang masih dipakai oleh majlis-majlis ta’lim di wilayah
Jawa Barat. Karya lainnya adalah serial Tamsyiyatul Muslimin dalam
bahasa Melayu. Setiap ayat-ayat Al-Quran ditulis dengan huruf Arab sekaligus
ditulis (transleterasi) dalam huruf latin.
- Al-Quranul ‘Adzim
Tafsir Al-Quranul ‘Adzim berbeda
dengan tafsir pada umunya. Kitab tafsir ini lebih dikenal dengan nama Tafsir
Tiga Serangkai karena H. Abdul Halim Hasan menyusunnya bersama dua ulama
lain, H. Zainal Arifin Abbas dan Abdurrahim Haitami. Kitab tafsir ini disusun
dan diterbitkan pada tahun 1937.
- Al-Ibriz
Dari sekian kitab hasil karya KH.
Bisri Mustofa, yang paling terkenal adalah kitab tafsirnya yang bernama
Al-Ibriz. Tafsir Al-Ibriz ini bersumber dari ijtihad Kyai Bisri yang
menggunakan Bahasa Jawa dan ditulis dengan huruf Arab pego (pegon). Alasan ayah
KH. A. Musthofa Bisri ini menulisnya menggunakan pegon adalah supaya kaum
muslimin yang berada di Jawa dan waktu itu belum banyak yang bias membaca huruf
latin dapat memahami makna Al-Quran dengan mudah dan dapat memberi manfaat di
dunia ataupu akhirat.
Penulisan kitab Al-Ibriz ini
membutuhkan waktu enam tahun mulai 1954 sampai 1960. Corak kombinasi antara
fikih dan tasawuf pun bias terlihat di kitab itu. Kitab yang mencakup tafsiran
Al-Quran secara keseluruhan, tafsir ini dibagi menjadi tiga jilid.
- Al-Mahmudy
Tafsir Al-mahmudy ditulis oleh KH.
Ahmad Hamid Wijaya pada tahun 1989. Tafsir Al-Mahmudy diterbitkan oleh PBNU
pada saat Muktamar NU di Krapyak, Yogyakarta. Penerbitan itu lengkap beserta
dengan kata pengantar dari PBNU dan juga dari beberapa pengurus PBNU yang
menjabat pada periode tersebut. Sebab, penulis tafsir Al-Mahmudy adalah Katib
Am PBNU yang menjabat selama dua periode.
- Al-Misbah
Nama Prof. Dr. KH. M. Quraish
Shihab dengan pada penghujung abad ke-20 sebagai cendekiawan muslim Indonesia.
Salah satu karya terbaiknya adalah Tafsir Al-Mishbah. Dalam kitab ini Prof.
Quraish lebih menggunakan pendekatan eksploratif, deskriptif, analitis, dan perbandingan.
Ini merupakan metode penelitian yang berupaya menggali sejauh mungkin produk
tafsir yang dilakukan oleh ulama-ulama tafsir.
Tafsir Al-Mishbah yang terdiri
dari lima belas jilid ini sangat berpengaruh di Indonesia. Bukan hanya
menggunakan corak baru dalam penafsiran, tafsir ini juga menggunakan metode
penulisan dengan mengombinasikan antara metode tahlili dengan metode maudli’i.
Sebelum menafsirkan dengan metode tahlili terlebih dahulu ia menafsirkan
dengan menggunakan metode maudlu’i.
- Al-Iklil
Kitab ini dikarang oleh Ulama dari
Bangilan, Tuban. Beliau merupakan adik kandung KH. Bisri Mustofa, Rembang.
Metode penulisan Tafsir Al-Iklil terdiri dari tiga bentuk sistematika
penulisan. Diantaranya adalah penulisan ayat Al-Quran dengan terjemahan Bahasa
Jawa menggunakan aksen pegon, menerangkan secara detail makna yang diakandung
dalam ayat Al-Quran dan mengulang penjelasan makna yang penting.
Metodologi penafsiran terperinci,
lugas dan tidak bertele-tele sehingga sangat tepat dikonsumsi untuk kalangan
awam pada umunya dan kalangan pesantren pada khususnya. Melihat cara penafsiran
yang digunakan dapat disimpulkan bahwa Tafsir Al-Iklil menggunakan metode tahlili.
- Al-Munir
Penulis kitab ini adalah KH. Daud
Islam Soppeng. Karena itlah, kitab yang ditulis dalam bahsa Bugis ini juga
dikenal dengan sebutan Tafsir Daud Ismail. Tafsir ini memiliki komposisi yang
sederhana. Hal ini bias kita lihat dengan dimulainya suatu pembahasan dengan
mengelompokkan ayat-ayat yang ingin diterjemahkan dan ditafsirkan. Satu
kelompok biasanya terdiri antara 3-10 ayat atau lebih dan kadang-kadang diberi
judul pada setiap kelompok ayat. Penerjemahan ayat-ayat dalam tafsir Daud
Ismail ini mengacu pada terjemahan Departemen Agama yang sudah ada sebelumnya
10. Tafsir Al-Azhar karangan BUYA HAMKA