Kamis, 25 Februari 2016

KITAB-KITAB KARANGAN ULAMA INDONESIA YANG TERKENAL




  1. Tarjuman Al-Mustafid
     Nama lengkap pengarang tafsir Tarjuman Al-Mustafid adalah Syaikh Abdurrauf ibn Ali al-Jawi al-Fansuri as-Sinkili. Di dalam tafsir Tarjuman Al-Mustafid ini, penulis menggunakan metode tahlili. Hal ini bias dibuktikan dengan adanya ragam pendekatan dalam menafsirkan ayat Al-Quran, seperti qira’ah, penjelasan suku kata, latar belakang turunnya ayat, nasikh-mansukh, dan munasabatul ayat. Tafsir ini pertama kali dicetak di Kota Istanbul Turki pada tahun 1615-1693 M. Tafsir ini diduga kuat sebagai tafsir pertama karya ulama nusantara yang menafsirkan Al-Quran 30 juz secara lengkap. Salah satu ciri khasnya yang lain dari kitab ini adalah pendekatan pada nilai-nilai tasawuf.
  1. Marah Labid li Kasyfi Ma’na Quran Majid
     Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi. Itulah nama lengkap pengarang kitab tafsir ini, atau lebih dikenal Syaikh Nawawi Banten. Kitab yang terbit pada 1818-1897 ini juga dikenal dengan nama Al-Munir li Ma’alimit Tanzil. Kedua nama ini memang tampak di sampul kitab tafsir ini. Nama tafsir Al-Munir diperkirakan diberikan oleh pihak penerbit. Sedangkan nama Marah Labid berasal dari Syaikh Nawawi langsung.
     Tafsir Marah Labid dapat digolongkan sebagai salah satu tafsir dengan metode ijmali (global). Dikatakan ijmali karena dalam menafsirkan setiap ayat, Syaikh Nawawi menjelaskan setiap ayat dengan ringkas dan padat,  sehingga mudah dipahami. Sistematikan penulisannya pun menuruti susunan ayat-ayat dalam mushaf. Tafsir Marah Labid terlihat sangat detail dalam menafsirkan setiap kata-perkata pada setiap ayat.
  1. Tamsyiyatul Muslimin
     Kitab tafsir karya KH. Ahmad Sanusi ini memiliki nama lengkap Tamsyiyatul Muslimin fi Tafsiri Kalami Rabbil ‘Alamin. Tafsir ini terbit secara berkala, yakni satu bulan sekali, pada 1 Oktober 1934 dan dicetak di percetakan Al-Ijtihad Sukabumi. Cetakan ini kemudian beredar di Jakarta, Bengkulu, Bandung, dan Singapura.
     Tafsir ini telah dicetak ulang berpuluh kali dan sampai sekarang masih dipakai oleh majlis-majlis ta’lim di wilayah Jawa Barat. Karya lainnya adalah serial Tamsyiyatul Muslimin dalam bahasa Melayu. Setiap ayat-ayat Al-Quran ditulis dengan huruf Arab sekaligus ditulis (transleterasi) dalam huruf latin.
  1. Al-Quranul ‘Adzim
     Tafsir Al-Quranul ‘Adzim berbeda dengan tafsir pada umunya. Kitab tafsir ini lebih dikenal dengan nama Tafsir Tiga Serangkai karena H. Abdul Halim Hasan menyusunnya bersama dua ulama lain, H. Zainal Arifin Abbas dan Abdurrahim Haitami. Kitab tafsir ini disusun dan diterbitkan pada tahun 1937.
  1. Al-Ibriz
     Dari sekian kitab hasil karya KH. Bisri Mustofa, yang paling terkenal adalah kitab tafsirnya yang bernama Al-Ibriz. Tafsir Al-Ibriz ini bersumber dari ijtihad Kyai Bisri yang menggunakan Bahasa Jawa dan ditulis dengan huruf Arab pego (pegon). Alasan ayah KH. A. Musthofa Bisri ini menulisnya menggunakan pegon adalah supaya kaum muslimin yang berada di Jawa dan waktu itu belum banyak yang bias membaca huruf latin dapat memahami makna Al-Quran dengan mudah dan dapat memberi manfaat di dunia ataupu akhirat.
     Penulisan kitab Al-Ibriz ini membutuhkan waktu enam tahun mulai 1954 sampai 1960. Corak kombinasi antara fikih dan tasawuf pun bias terlihat di kitab itu. Kitab yang mencakup tafsiran Al-Quran secara keseluruhan, tafsir ini dibagi menjadi tiga jilid.
  1. Al-Mahmudy
     Tafsir Al-mahmudy ditulis oleh KH. Ahmad Hamid Wijaya pada tahun 1989. Tafsir Al-Mahmudy diterbitkan oleh PBNU pada saat Muktamar NU di Krapyak, Yogyakarta. Penerbitan itu lengkap beserta dengan kata pengantar dari PBNU dan juga dari beberapa pengurus PBNU yang menjabat pada periode tersebut. Sebab, penulis tafsir Al-Mahmudy adalah Katib Am PBNU yang menjabat selama dua periode.
  1. Al-Misbah
     Nama Prof. Dr. KH. M. Quraish Shihab dengan pada penghujung abad ke-20 sebagai cendekiawan muslim Indonesia. Salah satu karya terbaiknya adalah Tafsir Al-Mishbah. Dalam kitab ini Prof. Quraish lebih menggunakan pendekatan eksploratif, deskriptif, analitis, dan perbandingan. Ini merupakan metode penelitian yang berupaya menggali sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan oleh ulama-ulama tafsir.
     Tafsir Al-Mishbah yang terdiri dari lima belas jilid ini sangat berpengaruh di Indonesia. Bukan hanya menggunakan corak baru dalam penafsiran, tafsir ini juga menggunakan metode penulisan dengan mengombinasikan antara metode tahlili dengan metode maudli’i. Sebelum menafsirkan dengan metode tahlili terlebih dahulu ia menafsirkan dengan menggunakan metode maudlu’i.
  1. Al-Iklil
     Kitab ini dikarang oleh Ulama dari Bangilan, Tuban. Beliau merupakan adik kandung KH. Bisri Mustofa, Rembang. Metode penulisan Tafsir Al-Iklil terdiri dari tiga bentuk sistematika penulisan. Diantaranya adalah penulisan ayat Al-Quran dengan terjemahan Bahasa Jawa menggunakan aksen pegon, menerangkan secara detail makna yang diakandung dalam ayat Al-Quran dan mengulang penjelasan makna yang penting.
     Metodologi penafsiran terperinci, lugas dan tidak bertele-tele sehingga sangat tepat dikonsumsi untuk kalangan awam pada umunya dan kalangan pesantren pada khususnya. Melihat cara penafsiran yang digunakan dapat disimpulkan bahwa Tafsir Al-Iklil menggunakan metode tahlili.
  1. Al-Munir
     Penulis kitab ini adalah KH. Daud Islam Soppeng. Karena itlah, kitab yang ditulis dalam bahsa Bugis ini juga dikenal dengan sebutan Tafsir Daud Ismail. Tafsir ini memiliki komposisi yang sederhana. Hal ini bias kita lihat dengan dimulainya suatu pembahasan dengan mengelompokkan ayat-ayat yang ingin diterjemahkan dan ditafsirkan. Satu kelompok biasanya terdiri antara 3-10 ayat atau lebih dan kadang-kadang diberi judul pada setiap kelompok ayat. Penerjemahan ayat-ayat dalam tafsir Daud Ismail ini mengacu pada terjemahan Departemen Agama yang sudah ada sebelumnya
10.   Tafsir Al-Azhar karangan BUYA HAMKA

1 komentar: