VIRAL STATE
Kekuatan dan pengaruh viral bagi negara
Seorang ibu menangis terisak-isak, berteriak sambil melipat barang dagangannya ketika berhadapan dengan anggota Pol PP yang hendak menutup tokonya. "kalau di luar saya mati korona, kalau di dalam rumah kami juga mati kelaparan pak!" begitu kira kira salah satu penggalan perkataan ibu tersebut. Tanpa disadari momen yang dianggap menarik itu divideokan oleh orang dan di share ke media sosial. Dalam beberapa hari video tersebut viral ditonton banyak orang.
Fenomena viral adalah venomena yang muncul belakangan, berbarengan dengan melesatnya peran media sosial dalam masyarakat. Viral adalah dampak dari globaliasasi kemajuan teknologi informasi yang tak terbendung. Hampir setiap individu dari berbagai kalangan dapat menikmati kemajuan teknologi ini.
Sebenarnya viral dapat menjadi buah dari kemajuan teknologi atau malah dampak negatifnya. Jika sesuatu yang viral tersebut adalah sebuah kebaikan yang kemudian berdampak baik bagi diri orang yang viral, maupun menjadi sebuah inspirasi bagi orang lain yang melihat. Bisa dipastikan hal tersebut adalah viral yang bersifat positif. Namun jika yang viral adalah sebuah perbuatan yang buruk, dan menjadikan sebuah aib bagi orang yang viral, serta menimbulkan keresahan dan kesedihan bagi yang melihat maka hal tersebut adalah dampak negatifnya.
Bahasan kali ini, yang menjadi keresahan penulis bukan kisah viral yang berdampak positif atau negatif bagi individu, melainkan viral yang melibatkan negara yang dalam hal ini adalah pemerintah daerah maupun pusat. Atau sebut saja sebuah fenomena negara merespon hal yang menjadi viral di masyarakat.
Kalau kita kembali ke kisah di atas, seorang ibu yang bernama Yernis, warga Cisoka, Tangerang, Banten yang videonya viral karena perkataannya ketika berhadapan dengan Pol PP. Respon pemerintah daerah dalam hal ini camat yang langsung turun untuk memberi bantuan langsung kepada Ibu Yernis. Terlihat cepat dan tanggap. Hal tersebut disampaikan ketika Ibu Yernis menghadiri acara di salah satu Stasiun Televisi Selasa, 14 April 2020.
Kisah viral berikutnya adalah Bapak Habid 70 tahun, warga Kampung Nagrog, Desa Padasuka, Kecamatan Sukarame, Tasikmalaya, yang viral karena kakek tua yang tinggal di gubuk ini tidak pernah tersentuh bantuan dari pemerintah. Akhirnya langsung ditanggapi Kepala Dinas Sosial Kab. Tasikmalaya yang baru mengetahui bahwa ada warga (Habid) yang belum tersentuh bantuan. Atau Rusmin, 70 tahun, seorang kakek buta yang viral karena dituduh sebagai perampok bermodus. Langsung direspon oleh Pemerintah Kab. Bogor melalui Camat Babakan Madang dan Kapolsek yang mendatangi kediamannya untuk memberikan bantuan.
Kisah viral lain yang tak kalah menarik adalah, Nurul Mukminin, 47 tahun, seorang supir Semarang yang viral karena membawa anaknya yang masih Bayi 3.5 bulan, berkeliling menarik angkutan umum. Setelah viral sekitar bulan Februari 2020, Ia banyak dibantu oleh orang yang merasa simpati. Tak tanggung-tanggung hingga Baim Wong seorang Selebritis dan Youtuber terkenal datang membantu. Setelah viral, Pemerintah daerah terutama Kelurahan Wonosari turut membantu dengan menjaga anaknya yang bernama Bilqis tersebut selama pak Mukminin bekerja. Atau kisah Rayyan Dziki Nugraha, 10 tahun, seorang anak kecil yang viral karena merawat ibunya yang sedang sakit. Seorang anak dari Kab. Magelang tersebut akhirnya banyak dibantu setelah beritanya tersebar hingga pelosok Indonesia. Bantuanpun datang dari Sekolah, hingga Pemerintah Daerah.
Apa yang Penulis uraikan terlihat sesuatu hal yang wajar dan normal saja. Atau bahkan sesuatu hal yang positif karena bisa saling bahu membahu membantu orang yang sedang kesusahan. Namun sebelum berfikir terlalu jauh, mari kita ajukan sebuah pertanyaan yang apabila ini dijawab pasti akan membuka semuanya. Pertanyaannya yaitu, apakah jika semua orang tersebut yang penulis sebutkan, akan tetap dibantu meskipun tidak viral?. Pertanyaan ini lah yang sulit terjawab, karena diajukan setelah kejadian. Akan tetapi bisa terjawab jika kita melihat beberapa kasus serupa yang tidak viral. Apakah mereka terbantu?
Jika kita melihat dalam perspektif itu, maka akan sangat miris kita melihat pergerakan Negara kita yang dalam hal ini Pemerintah. Dimana mereka sangat sigap dan cepat merespon sebuah masalah yang telah viral dan menyebar luas. Sekarang bandingkan dengan orang yang bernasib serupa namun tidak beruntung karena tidak viral. Apakah sama? Jika sama, maka kredit poin untuk sebuah Pemerintahan. Jika tidak sama responnya, maka sesungguhnya Pemerintahan itu tidak berjalan dengan baik.
Pemerintahan yang baik, dalam kasus ini, adalah pemerintah yang bekerja secara komprehensip, menyelesaikan setiap masalah yang menimpa warganya, dengan sebuah daya upaya dan kekuatan yang mereka miliki, dan berjalan berdampak kepada penerima, dengan atau tanpa ditonton oleh orang banyak. Mereka menyiapkan konsep untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada rakyatnya dengan jelas. Misalnya dengan kebijakan atau aturan. Bukan karena paksaan keviralan semata.
Negara dalam hal ini tidak boleh genit karena kerlingan ribuan pasang mata. Tidak juga boleh lemah karena cibiran ribuan mulut. Karena negara adalah Institusi mahal, berprinsip, dan powerfull untuk melindungi rakyatnya.
Dampak buruk bagi fenomena ini adalah, adanya sebuah ketidakpercayaan rakyat atau warga terhadap Pemerintahnya. Kedua, adanya kecemburuan sosial di tingkat paling bawah, bagi mereka yang menerima bantuan karena viral, dan yang tidak menerima karena tidak viral. Ketiga, adanya kebiasaan ingin membuat keviralan dikalangan masyarakat, karena mereka berfikir dengan begitulah mereka akan didengar. Dan jika hal tersebut dilakukan terus, akan membuat sebuah kebiasaan yang tidak sehat dikalangan masyarakat bawah. #hk11