Rabu, 30 Maret 2022

PENDIDIK KOSMOPOLITAN



Kosmopolitan

Kosmopolitan sebagaimana yang tercantum di KBBI adalah berarti memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Kosmopolitan berarti memandang ke arah yang lebih luas dan terbuka, tidak terkungkung dengan sesuatu apapun yang memungkinkan untuk memberi penghalang.

 

Berpikir Kosmopolitan

            Berpikir kosmopolitan berarti berpikir luas, melihat ke segala arah dengan jangkauan yang tak terbatas. Berpikir dengan gaya ini berarti berusaha mencari sebuah makna luas tentang sesuatu yang tak terbatas dengan keterbatasan indrawi. Berusaha membuka selebar-lebarnya setiap kemungkinan yang akan terjadi sekaligus siap untuk menerimanya jika itu positif, atau malah menangkisnya jika itu bersifat negatif.

            Orang yang berpikir kosmopolitan cenderung terbuka, luwes, elastis, dan tidak menampilkan sikap rigid terhadap sesuatu. Orang yang terbiasa berpikir kosmopolitan akan selalu awet muda dalam pandangannya. Bahkan hasilnya selalu inovatif dalam setiap perkembangan perjalanannya.

            Salah satu ciri yang paling menarik tentang orang yang berpikir kosmopolitan adalah, adanya rasa bertanggung jawab yang tinggi terhadap kondisi yang dipandang dalam sekup yang luas. Meskipun sebenarnya suatu masalah yang menjadi pikirannya bukanlah benar-benar tanggung jawabnya. Bahkan dalam tingkat yang lebih tinggi orang yang berpikir kosmopolitan akan menyingkirkan dirinya dari zona nyaman untuk mengambil sebuah resiko jalan berliku dan berbatu, padahal rasa tanggung jawab itu sebenarnya bukan benar-benar tanggungan miliknya, artinya bisa di abaikan jika dia mau.

            Ini adalah pandangan tentang berpikir kosmopolitan dalam arti yang luas. Akan tetapi penulis kali ini tidak ingin berbasa-basi dengan pemahaman yang luas seperti di atas, sehingga membuat tulisan ini terasa mengambang dan kabur. Pada lanjutan di bawah akan dibahas bagaimana berpikir kosmopolitan dalam arti tertentu agar lebih mengarah kepada maksud dan tujuan penulis kali ini.

 

 

 

Pendidik Kosmopolitan

Dari uraian di atas tentu pembaca sudah pasti memahami apa yang dimaksud penulis tentang pendidik kosmopolitan. Bahkan sebenarnya para pembaca tentu  sudah bisa menebak apa sebenarnya tujuan dan maksud dari tulisan ini jika memandang dari uraian sebelumnya tentang makna kosmopolitan di sini dengan kata pendampingnya yaitu pengajar. Namun tanpa bermaksud menggurui. Izinkan penulis menguraikan kembali agar pembaca lebih fokus dalam tujuan akhir tulisan ini.

Pendidik kosmopolitan adalah pendidik yang berpikir luas, rajin mencari pemandangan pemandangan lain dalam kaitannya dengan tugas sebagai seorang pendidik. Secara profesionalitas seharusnya pendidik macam ini sudah mumpuni karena dengan karakternya yang pandai menumpuk pengetahuan dari berbagai arah tentu memudahkan ia menata diri agar menjadi orang yang memiliki profesionalitas tinggi. Tapi mari penulis mengajak untuk tidak terjebak kepada hal yang cukup mapan seperti profesionalitas. Anggap saja semua sudah masuk dalam kategori profesional dalam hal ini.

Pendidik ini pandai selalu berorientasi kepada hal yang lebih luas cakupannya. Bukan hanya pada skala yang sempit. Karena keluasan pandangannya, pendidik ini merasa bertanggung jawab memberikan setiap solusi bagi permasalahan yang ada. Hal ini memaksanya untuk berusaha keluar dari zonasi sempit yang kadang penuh kenyamanan. Berusaha keluar dan menyelesaikan apa yang menjadi keresahannya sebagai seorang insan yang bergelut di dunia pendidikan. Agar tidak mengawang-ngawang mari kita masuk dalam konteks lembaga kita yang sama sama kita cintai ini.

 

Realitas Pengajar

Jika kita lihat realitas sekarang ini sebagian besar pendidik kita hanya memikirkan hal yang bersifat harian dalam sekup ruang yang sempit. Menyelesaikan masalah-masalah dalam ruang lingkup kecil misalnya skala kelas bagi seorang wali kelas, skala unit untuk kepala sekolah, atau bahkan skala lembaga untuk seorang direktur. Semua itu diambil dan dijalankan sebagai tanggung jawab berdasarkan tupoksi masing-masing.   

Menurut penulis tidak ada yang salah dalam hal ini, terkait realitas yang ada saat ini.  Namun lagi-lagi penulis hanya akan memaparkan tentang konsep pendidik kosmopolitan yang mungkin perlu sewaktu-waktu dibahas untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita.

 

 

Tanggung Jawab Pendidik Kosmopolitan

            Pendidik tipe ini merasa bahwa dia bertanggung jawab atas kemajuan pendidikan bukan hanya di skala kecil mereka namun juga kemajuan pendidikan dalam skala lebih luas. dia tentunya orang yang pandai melihat situasi terkini dan menginventarisir keresahan yang dia rasakan sebagai pendidik.

            Dia rela mengambil resiko bersusah payah memikirkan apa yang sebenarnya bisa saja dia abaikan demi kemajuan skala yang lebih luas. Sebagai contoh, wali kelas yang kosmopolitan akan menganggap bahwa anak didiknya bukan hanya di ruang kelas kecil di mana dia ditugaskan, melainkan dalam skala yang lebih luas dia berpikir bahwa dia adalah wali kelas bagi siswa sekecamatan, sekota, atau bahkan dalam skala yang lebih luas.

            Seorang kepala sekolah yang berpikir luas dia merasa bahwa dia mengemban amanah bukan sebagai kepala sekolah di unit dimana dia ditugaskan, akan tetapi dia adalah kepala sekolah bagi sekolah-sekolah di kecamatannya, kotanya, atau skala yang lebih luas dari itu. Dia berpikir apa dan bagaimana strategi yang dia lakukan agar permasalahan yang ada di dunia pendidikan dalam skala tersebut teratasi.

            Sebagai contoh yang lebih mendetail misalnya, guru bidang Matematika yang berpikir kosmopolitan akan merasa bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi guru matematika untuk siswa sekota Bekasi bertanggung jawab memberikan solusi bagi setiap permasalahan di bidangnya. Sehingga apa yang dia pikirkan bukan hanya masalah di sekolahnya saja, akan tetapi dia mulai berpikir lebih menyeluruh, menginventarisir permasalahan, mencari solusi, menetapkan sebuah strategi, dan mengujinya. Jika berhasil, dia bisa contohkan ke sekolah-sekolah lain dalam skala yang lebih luas. Jika tidak berhasil, maka dia bisa evaluasi dan terus mencari jalan keluar. Misalnya dia berpikir tentang keresahannya kepada kebanyakan anak didik di kotanya kurang memahami secara mendalam konsep bilangan bulat negatif  (hanya contoh kasus), kemudian dia berpikir bagaimana memunculkan ide yang memudahkan pembelaharan tersebut supaya lebih mudah difahami anak anak kebanyakan.

            Begitu juga wali kelas, kepala sekolah, dan bahkan pemimpin sebuah lembaga. Jika ia berpikir kosmopolitan dia akan mulai memikirkan permasalahan yang menjadi keresahan orang banyak terhadap permasalah sebagai seorang wali kelas. Kemudian mulai membuat ide-ide terbaru agar setidaknya kehadirannya di dunia  dapat menjadi sedikit solusi tidak hanya bersifat narsistik atau selfis.

 

Perlukah Kita Menjadi Pendidik Kosmopolitan?

Ini adalah tentunya pertanyaan kita setelah membaca setengah tulisan ini. Menurut penulis hal demikian sangatlah perlu, kenapa? Karena di dalam agama kita banyak sekali hadits yang mengungkapkan keharusan kita untuk bermanfaat bagi orang lain. salah satunya adalah, hadits yang artinya “sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” dapat ditarik kesimpulan dari sana, semakin luas manfaat yang diberikan menunjukan kualitas diri (sebagai manusia terbaik). Kita dilarang untuk berpikir narsistik, egois, dan selfis di dalam kehidupan kita.

Bunda Aliyah Munabari pendiri lemaga yang sama-sama kita cintai ini adalah pegiat dakwah yang kosmopolitan. Beliau menempatkan dirinya dalam kubangan keringat, pontang-panting memikirkan aqidah masyarakat Kampung Sawah yang ketika itu Beliau ketahui melalui media sangat memprihatikan. Beliau menyusun strategi dan memulai langkah dengan berdakwah di wilayah tersebut dalam dunia pendidikan. Beliau berpikir luas untuk memikirkan aqidah masyarakat, membangun lembaga ini yang jauh dari rumahnya.

KPI (Kualita Pendidikan Indonesia) Surabaya, adalah lembaga besar yang bergerak di dunia pendidikan. Lembaga ini awalnya berisi pendidik di sebuah lembaga yang resah akan kondisi pendidikan di region yang lebih luas. Dengan begitu bergeraklah mereka dengan semangat perubahan menjadi solusi bagi kebangkitan pendidikan bukan hanya pada ruang lingkup skala kecil akan tetapi pada skala yang luas.

Ummi Faundation Surabaya, adalah lembaga yang bergerak di dalam pengembangan pendidikan Al Quran di sekolah dan instansi. Pada awalnya mereka terdiri dari guru pengajar yang resah akan kondisi pembelajaran Al Quran di skala yang lebih luas dan berusaha mengambil resiko, untuk membangun apa yang menjadi perhatian mereka yaitu pendidikan Al Quran. Ustadz Masruri selaku Direktur Ummi Foundation Pusat Surabaya bertekad mencetak ribuan guru Al Quran yang berkualitas seIndonesia, demi kemajuan pendidikan Al Quran dan tentunya Islam. Sebuah tugas berat, yang sengaja diemban agar setidaknya beliau menjadi sedikit solusi bagi kemajuan bangsa.

Sekarang, sejenak kita bayangkan, bagaimana jika Bunda Aliyah, KPI, dan Ummi Foundation, tidak berpikir kosmopolitan, berpikir narsistik, dan selfis. Tidak perlu mengambil beban yang bisa saja mereka abaikan. Tak perlu berpeluh untuk menuju kebahagiaan dan kebanggaan pribadi. Maka tidak akan ada LPI Nur Hikmah, tidak ada KPI, dan tidak akan ada Ummi Foundation.

Selain itu khususnya kita di lembaga ini kita diberi tugas melalui visi besar lembaga, yaitu, menjadikan lembaga ini sebagai lembaga percontohan. visi ini dibuat oleh founding father bukan demi aksesoris semata, namun agar kita tidak berpikir selfis dan narsistik, tidak terlena menyanyikan lagu kemenangan, berlari gembira atas selebrasi terhadap perkembangan lembaga ini, melainkan kita diberi amanah untuk turut serta menjadi solusi bagi kebaikan dalam skala yang lebih luas.

 

Laboratorium Raksasa Bernama Nur Hikmah

Mulailah untuk berpikir pada skala yang lebih luas dari sekarang. Kumpulkan apa yang menjadi keresahan orang banyak. Ciptakan banyak ide. Kemudian uji secara lokal. Jika baik share atau bagikan, jika kurang pas, lakukan evaluasi.

Jadikan lembaga tempat kita bertugas saat ini sebagai laboratorium yang akan menguji setiap terobosan-terobosan yang lahir dari ide-ide kita. Ciptakan suasana yang nyaman untuk berpikir kreatif dan inovatif. Buka selebar-lebarnya ruang dialektika kependidikan. Rangsang minat dan bakat masing-masing. Gaungkan bahwa kita sebagai pendidik di lembaga ini memiliki genetika, garis keturunan ideologi pendiri yang berorientasi pada dakwah dan perubahan dengan ikhlas karena Allah Subhanahu wa ta’ala.

Semangat !